"Dan sesungguhnya Kami telah Kami sediakan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS al-A’raaf: 179)

Apakah hidayah itu?
Hidayah secara bahasa berarti petunjuk atau tuntunan.
Secara istilah (terminologi), Hidayah ialah penjelasan dan petunjuk jalan yang akan menyampaikan kepada tujuan sehingga meraih kemenangan di sisi Allah. Pengertian seperti ini dapat kita pahami melalui firman Allah surat Al-Baqarah berikut : “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan Pencipta mereka, dan (sebab itu) merekalah orang-orang yang sukses.” (Q.S. Al-Baqarah: 5)

Pentingnya Hidayah Allah untuk memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala telah mengabarkan bahwa kehidupan di dunia ini adalah ujian dan cobaan sebagaimana firmanNya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (QS. al-Anbiya`: 35).
Hidayah adalah sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Sehingga barangsiapa yang dimudahkan oleh Allah Ta’ala untuk meraihnya, maka sungguh dia telah meraih keberuntungan yang besar dan tidak akan ada seorangpun yang mampu mencelakakannya.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk (dalam semua kebaikan dunia dan akhirat); dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orang-orang yang merugi (dunia dan akhirat)” (QS al-A’raaf:178).

Hanya Allah-lah yang dapat memberi hidayah kepada hamba-Nya
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56).

Ibnu katsir mengatakan mengenai tafsir ayat ini, “Allah mengetahui siapa saja dari hambanya yang layak mendapatkan hidayah, dan siapa saja yang tidak pantas mendapatkannya”.

MANUSIA adalah makhluk Allah Swt. Sebagaimana makhluk Allah lainnya, ia terikat hukum ketentuan Allah Swt. untuk itu kita sebagai hamba-Nya selalu berusaha untuk patuh dan taat pada hukum-Nya serta menghindarkan diri dari segala perkara yang menyebabkan kemurkaan-Nya.  Menjaga diri agar tidak terpaut oleh bujukan nafsu, terpengaruh oleh godaan setan, waspadalah akan jalan penyelewengan terhadap perintah agama. Agar dapat meneliti diri, kalau kalau tertarik oleh bisikan iblis yang selalu menyelinap dalam hati sanubari kita. Agar kita tidak termasuk kepada mereka yang diberikan kesesatan oleh sebab menjadikan setan-setan sebagai pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.(al-A’râf: 30).

Selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan amalan saleh dengan sebaik-baiknya guna mencapai segala kebaikan, menjauhi segala kejahatan yang selalu diselimuti bujukan nafsu, digoda oleh perdaya syetan. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Al-Kahfi: 46)

Al-Quran mengimbau agar manusia mencari tuntunan dari orang-orang yang telah dianugerahi ilmu oleh Allah Swt. Tanyakanlah kepada orang-orang yang paham apabila kalian tiada mengerti (al-Nahl: 43).

Demikianlah, Semoga kita diberikan segala kemudahan agar selalu mampu melaksanakannya dengan sebaik-baiknya supaya mencapai keselamatan dunia dan akhirat. Amin.

BondsNotes.Jan2014

Ref:
http://www.eramuslim.com/khutbah-jumat/mahalnya-harga-hidayah.htm#.Us4aCtIW1T4
http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/makna-dan-hakikat-hidayah-allah.html
http://muslim.or.id/aqidah/hidayah-milik-allah.html
https://www.facebook.com/PERMUTI/posts/559740977392137
http://suryalaya.org/ver2/tanbih_isi.html
http://mybkend.wordpress.com/2007/09/17/berdiri-di-simpang-jalan/
Read More …

Categories:

Ketika Syaqiq tiba di Baghdad dalam perjalanannya menuju Makkah untuk berhaji, Harun ar Rasyid memanggilnya untuk menghadap.
“Apakah engkau yang bernama Syaqiq sang Wali,” tanya Harun ketika Syaqiq datang menghadap.
“Ya, aku adalah Syaqiq,” jawab Syaqiq, “tapi aku bukan wali.”
“Nasihati aku,” perintah Harun.
Syaqiq berkata, “Engkau duduk di tempat Amirul Mukminin ‘Ali bin Abi Thalib. Allah Yang Maha Kuasa menuntut pengetahuan dan keadilan darimu, sebagaimana pengetahuan dan keadilan sang Imam.”
“Nasihati aku lagi,” pinta Harun.
“Allah memiliki sebuah penginapan yang bernama neraka,” ujar Syaqiq. “Dia telah menunjukmu sebagai penjaga pintunya, dan telah melengkapimu dengan tiga hal: harta, cambuk dan pedang. Dia memerintahkan, dengan tiga hal ini, jauhkanlah manusia dari neraka. Jika seseorang datang memohon padamu untuk memenuhi kebutuhannya, janganlah sungkan memberinya uang. Jika seseorang menentang hukum Allah, didiklah dengan cambuk ini. Jika seseorang membunuh sesamanya tanpa hak, kenakan balasan yang setimpal dengan pedang ini. Jika engkau tidak melakukan hal ini, engkau akan menjadi Pemimpin para ahli neraka.”
“Lagi,” pekik Harun.
Syaqiq mengatakan, “Engkau adalah sungai, sedangkan para pembantumu adalah anak sungai. Jika sebuah sungai jernih, maka ia tak akan terkeruhkan oleh anak sungainya. Namun bila sebuah sungai kotor, apa yang dapat diharapkan dari anak sungainya?”
“Lagi… lagi…,” Harun memohon.
Syaqiq melanjutkan, “Misalkan engkau kehausan di tengah padang pasir hingga engkau hampir mati, lalu datanglah seseorang dengan membawa air, berapa yang engkau rela bayarkan untuk seteguk air itu?”
“Berapapun yang diminta orang itu,” jawab Harun.
“Jika orang itu meminta separo kerajaanmu?” tanya Syaqiq.
“Aku akan berikan,” jawab Harun.
Syaqiq bertanya lagi, “Misalkan air yang engkau minum itu tidak mau keluar dari tubuhmu, membuat mu sakit hingga hampir mati, lalu datanglah seseorang yang mengatakan, ‘Aku akan menyembuhkanmu dengan imbalan separo kerajaanmu,’ apa yang akan engkau lakukan? “
“Tentu aku akan memberikannya,” jawab Harun.
“Lalu, untuk apa engkau menyombongkan kerajaanmu, yang nilainya tidak lebih dari seteguk air yang engkau minum dan keluarnya ia dari tubuhmu?” tukas Syaqiq.
Harun pun menangis dan melepaskan kepergian Syaqiq dengan penuh penghormatan.

sumber: Cahaya Sufi Edisi Mei 2007
Read More …

Categories: