Tafsir Ibnu Katsir surrah

AL – ‘ALAQ (segumpal darah)
Surat Makkiyyah; Surat ke 96: 19 ayat



1. Bacalah dengan (menyebut) nama Rabb-mu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Rabb-mulah yang Maha Pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.


Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah, dia mengatakan: “Wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Rasulullah adalah mimpi yang benar melalui tidur. Di mana beliau tidak bermimpi melainkan datang sesuatu seperti falaq Shubuh. Setelah itu, beliau menjadi Iebih senang mengasingkan diri. Kemudian beliau mendatangi gua Hira. Di sana beliau beribadah untuk beberapa malam dengan membawa perbekalan yang cukup. Setelah itu, beliau pulang kembali kepada Khadijah untuk mengambil bekal yang sama sampai akhirnya datang kepada beliau wahyu secara tiba-tiba, yang ketika itu beliau masih berada di gua Hira. Di gua itu beliau didatangi oleh Malaikat Jibril seraya berkata, ‘Bacalah!’ Rasulullah bersabda, “Maka kukatakan: ‘Aku tidak dapat membaca” Lebih lanjut, beliau bersabda “Lalu Jibril merangkulku seraya mendekapku sampai aku merasa kepayahan. Selanjutnya, Jibril melepaskanku dan berkata: ‘Bacalah’ ‘Aku tidak dapat membaca,’ jawabaku. Kemudian Jibril mendekapku untuk kedua kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Selanjutnya, dia melepaskanku lagi seraya berkata, ‘Bacalah.’ Aku tetap menjawab: ‘Aku tidak dapat membaca’. Lalu dia mendekapku untuk ketiga kalinya sampai aku benar-benar kepayahan. Setelah itu, dia melepaskanku lagi seraya berkata: ‘Bacalah dengan Nama Rabb-mu yang menciptakan -sampai ayat- ‘Apa yang tidak diketabuinya’ Dia berkata: “Maka beliau pun pulang dengan sekujur tubuh dalam keadaan menggigil hingga akhirnya masuk menemui Khadijah dan berkata: “Selimuti aku, selimuti aku.” Mereka pun segera menyelimuti beliau sampai akhirnya rasa rakut beliau hilang. Selanjutnya, beliau bersabda, “Apa yang terjadi padaku?” Lalu beliau menceritakan peristiwa yang dialaminya seraya bersabda, “Aku kliawatir sesuatu akan menimpa diriku”. Maka Khadijah pun berkata kepada beliau: “Tidak, bergembiralah. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menghinakanmu. Sesungguhnya engkau adalah orang yang paling suka menyambung tali silaturahmi, berkata jujur, menanggung beban, menghormati tamu, dan membantu menegakkan pilar-pilar kebenaran.”

Kemudian Khadijah mengajak beliau pergi hingga akhirnya dia membawa beliau menemui Waraqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza bin Qushay, yaitu anak paman Khadijah, saudara laki-laki ayahnya. Dia seorang penganut Nasrani pada masa Jahiliyyah. Dia yang menulis sebuah kitab berbahasa Arab dan juga menulis Injil dengan bahasa Arab dengan kehendak Allah. Dia adalah seorang yang sudah berumur lagi buta. Lalu Khadijah berkata, “Wahai anak paman, dengarkanlah cerita dari anak saudaramu ini.” Kemudian Waraqah berkata, “Wahai anak saudaraku, apa yang telah terjadi padamu?” Kemudian Rasulullah menceritakan apa yang beliau alami kepadanya. Lalu Wraqah berkata, “Ini adalah Namus (Malaikat Jibril) yang diturunkan kepada Musa. Andai saja saat itu aku masih muda. Andai saja nanti aku masih hidup saat engkau diusir oleb kaummu.” Kemudian Rasulullah bertanya, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tidak akan ada seorang pun yang datang dengan membawa apa yang engkau bawa melainkan akan disakiti. Dan jika aku masih hidup pada masamu, niscaya aku akan mendukungmu dengan pertolongan yang sangat besar.” Dan tidak lama kemudian, Waraqah meninggal dunia dan wahyu terhenti, sehingga Rasulullah benar-benar bersedih hati. Berdasarkan pada berita yang sampai kepada kami, kesedihan beliau itu berlangsung terus-menerus, agar beliau turun dari puncak gunung. Setiap kali beliau sampai di puncak gunung dengan tujuan menjatuhkan diri, maka Jibril muncul seraya berkata, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah.” Dengan demikian, maka hati beliau pun menjadi tenang dan jiwanya menjadi stabil dan setelah itu beliau kembali pulang. Dan jika tenggang waktu tidak turunnya wahyu itu terlalu lama, maka beliau akan melakukan hal yang sama. Di mana jika beliau sampai di puncak gunung, maka Malaikat jibril tampak olehnya dan mengucapkan hal yang sama kepada beliau.

Hadits di atas diriwayatkan di dalam kitab ash- Shahihain, dari hadits az-Zuhri. Dan kami telah membicarakan sanad, matan, dan pengertian hadits ini di awal syarah kami untuk kitab Shahib aI-Bukhari sacara rinci. Oleh karena itu bagi yang berminat, di buku itulah penjelasannya. Dan segala puji dan sanjungan hanya bagi Allah. Ayat aI-Qur-an yang pertama turun adalah ayat ayat yang mulia lagi penuh berkah ini. Ayat-ayat tersebut merupakan rahmat pertama yang dengannya Allah menyayangi hamha-hamba-Nya sekaligus sebagai nikmat pertama yang diberikan kepada mereka. Di dalam ayat-ayat tersebut juga termuat peringatan mengenai permulaan penciptaan manusia dari segumpal darah. Dan bahwasanya di antara kemurahan Allah Ta’aIa adalah Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Dengan demikian, Dia telah memuliakan dengan ilmu. Dan itulah hal yang menjadikan bapak ummat manusia ini, Adam mempunyai kelebihan atas Malaikat. Terkadang, ilmu berada di dalam akal fikiran dan terkadang juga berada dalam Iisan. Juga terkadang berada dalam tulisan. Secara akal, lisan, dan tulisan mengharuskan perolehan ilmu, dan tidak sebaliknya. Oleb karena itu, Allah Ta’ala berfirman, “Bacalah, dan Rabb-mulah Yang Paling Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” Di Dalam atsar disebutkan: “Ikatlah ilmu itu dengan tulisan.” Selain itu, didalam atsar juga disebutkan: “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, maka Allah akan mewariskan kepadanya apa yang tidak diketahui sebelumnya.”







6. Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,
7. karena dia melihat dirinya serba cukup.
8. Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembali(mu).
9. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang,
10. Seorang hamba ketika dia mengerjakan shalat,
11. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran,
12. Atau dia menyuruh bertakwa (keapda Allah).
13. Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling ?
14. Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?
15. Ketahuilah, sunggu jika dia tidak berhenti (berbuat demikian), niscaya Kami tari ubun-ubunnya,
16. yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.
17. Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya),
18. Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah,
19. Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujud dan dekatkanlah (dirimu kepada Rabb).

Allah Ta’ala memberitahukan tentang manusia, bahwa ia merupakan makhluk yang bisa senang, jahat, sombong, dan sewenang-wenang jika dia melihatnya dirinya telah merasa cukup dan memiliki banyak harta. Kemudian Dia memberikan peringatan, mengancam sekaligus menasehatinya, di mana Dia berfirman: “Sesungguhnya hanya kepada Rabb-mulah kembali(mu).” Yakni, hanya kepada Allah tempat kembali. Dan Dia akan menghisabmu atas harta yang engkau miliki, dari mana engkau mengumpulkannya dan untuk apa pula engkau membelanjakannya.

Allah Ta’ala memberitahukan tentang manusia,bahwa ia merupakan makhluk yang bisa senang, jahat, sombong,dan sewenang-wenang jika dia melihatnya dirinya telah merasa cukup dan memiliki banyak harta.

Lebih lanjut, Allah Ta’ala berfirman: “Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang, seseorang hamba ketika dia mengerjakan shalat.“ Ayat ini turun berkenaan dengan Abu Jahal, semoga Allah melaknatnya, yang mengancam Nabi jika akan mengerjakan shalat di Baitullah. Kemudian Allah menasihati beliau dengan sesuatu yang lebih baik. Untuk langkah pertama, di mana beliau bentanya, “Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas kebenaran.” Maksudnya, bagaimana dugaanmu jika orang yang engkau larang itu berada di jalan yang lurus dalam perbuatannya itu atau menyuruh untuk bertakwa melalui ucapannya, sedang dirimu justru melarang dan mengancamnya atas shalat yang dikerjakannya itu. Oleh karena itu, Dia berfirman: “Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala perbuatannya?” Maksudnya. tidakkah orang yang melarang itu mengetahui bahwa Allah melihatnya dan mendengar ucapannya serta akan memberi ganjaran atas apa yang telah dia kerjakan itu dengan ganjaran yang benar-benar sempurna.

 Kemudian, dengan nada mengancam dan mengintimidasi, Allah Ta’ala berfirman, “Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti,” yakni jika dia tidak kembali dari keingkaran dan pembangkangannya itu, “Niscaya Kami tarik ubun-ubunnya,” yakni Kami akan warnai dia dengan warna hitam pada hari Kiamat kelak. Selanjutnya, Dia berfirman, “Yaitu ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka.”  Yaitu ubun-ubun Abu Jahal yang penuh kebohongan dalam ucapannya dan menyimpang dalam perbuatannya. “Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya), “ yakni kaum dan kelompoknya. Maksudnya, hendaklah dia memanggil mereka untuk meminta pertolongan kepada mereka.  “Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah.”  Mereka itu adalah para Malaikat adzab, sehingga dia dapat mengetahui, apakah pasukan kami yang menang ataukah pasukannya? Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata: “Abu Jahal pernah berkata, ‘Jika aku melihat Muhammad mengerjakan shalat di Ka’bah, niscaya akan aku injak lehernya.’ Kemudian Nabi mendengar berita tersebut dan berkata, ‘Jika dia berani melakukan hal tersebut, pasti Malaikat akan menghukumnya.’ Demikianlah yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasa-i.

 Imam Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasa-i, dan Ibnu Jarir meriwayatkan, dan ini adalah lafazhnya dari Ibnu ‘Abbas, di mana dia berkata “Rasulullah pemah mengerjakan shalat di maqam, lalu Abu Jahal bin Hisyam melewatinya seraya berkata, ‘Hai Muhammad, bukankah aku telah melarangmu mengerjakan ini?’ Dia mengancam beliau. Maka Rasulullah bersikap kasar terhadapnya seraya menghardiknya, lalu dia berkata, ‘Hai Muhammad, dengan apa engkau mengancamku? Demi Allah, sesungguhnya aku memiliki kelompok yang lebih banyak di lembah ini.’ Lalu Allah menurunkan ayat: “Maka biarkanlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah.”  Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Seandainya dia memanggil kelompoknya, pasti Malaikat adzab akan menimpakan adzab kepadanya saat itu juga” At-Tirmidzi mengatakan:  “Hadits ini hasan shahih.”

Dan firman Allah Ta’ala: “Sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya.” Maksudnya, hai Muhammad, janganlah kamu mentaati larangannya itu, yaitu larangan untuk terus beribadah dan memperbanyaknya. Shalatlah sekehendak hatimu dan jangan engkau mempedulikannya, karena Allah akan selalu menjaga dan menolongmu, dan Dia senantiasa memeliharamu dari orang-orang. “Dan sujud dan dekatkanlah.” Sebagaimana yang telah disebutkan hadits shaih di dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah bersabda:

“Saat paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah saat dia melakukan sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa.”

Rasulullah saw. juga bersujud saat membaca surat, idzas sammaa-ung syaqqat dan surat iqra’ bismirabbikalladzii khalaq.   ------

Categories:

Leave a Reply